12 Januari 2014

Sebelas Januari


Jakarta hujan lagi. 
Deras, mengartikan tanda musim hujan dan banjir langganan tiap tahun sudah tiba.

11 Januari.
Setelah menghadiri salah satu pemberkatan pernikahan teman, saya berjanji untuk bertemu lagi dengan sang pacar di Depok setelah kurang lebih dua minggu tidak bertemu.
Untuk ukuran saya yang tinggalnya di Tangerang, rasanya Depok bukan jangkauan mainan saya.
sekitar 20 tahun saya pindah dari Medan ke Tangerang, belum pernah sekalipun saya menginjakan kaki ke sana.
Baru beberapa belakangan ini, saya akhirnya mengunjungi Depok. Itu pun awalnya karena urusan pekerjaan. Lalu, sekali lagi saya pergi ke Depok bersama pacar untuk melihat kamar indekos untuk adiknya yang kelak akan datang untuk belajar di UI sekaligus bersilahturami dengan ibu pemilik indekos tempat dia pernah tinggal dulu.

11 Januari.
Kedatangan saya di Depok hari ini bukan untuk urusan pekerjaan. Kali ini dikarenakan adiknya sudah tiba dari semalam di Jakarta dan menangis menelpon abangnya agar dia bisa pindah tempat atau kalau tidak, pulang ke korea, begitu ancamannya. 
Jadi, saya datang untuk bertemu dengan adiknya dan membantu pindahan ke apartemen Margonda yang terletak tidak jauh dari kos sebelumnya.

Saya sudah sempat ragu dan bukannya tidak pernah mengingatkan abangnya saat melihat kamar tersebut pertama kali. Namun, karena abangnya tetap bersikeras ingin adiknya menjadi mandiri, seperti dia 5 tahun lalu saat merantau ke Jakarta, saya akhirnya memilih untuk diam dan membiarkan abangnya yang mengurus semua hal.

Kos tersebut memang sejuk dan dihuni khusus oleh perempuan saja. 
Tetapi coba kalian bayangkan: kamar tersebut terletak pojok sebuah bangunan yang sudah cukup tua berwarna putih kusam dan sudah banyak yang mengelupas. Berpintukan dari papan triplek yang terkadang untuk membukanya perlu tenaga ekstra, diisi oleh lemari kayu yang mengingatkan pada lemari kelas di SD saya dahulu, bahkan lemari tersebut masih lebih bagus kondisinya daripada lemari kamar ini, sebuah meja belajar dan kursi serta ranjang di sampingnya yang tentu semuanya berbahan dasar dari kayu. Dindingnya sudah dilapisi wallpaper bunga-bunga berwarna coklat muda, tetapi masih terlihat bekas-bekas rembesan air di dindingnya. Begitu pula di langit-langinya bercorakan bekas rembesan air yang sudah menguning.
Memang lantainya bersih, masih ada kamar mandi kecil di dalamnya, namun kurangnya pencahayaan dan tidak ada jendela di kamar ini membuat saya pun, jika ditawari, akan berpikir dua kali untuk menetap di kamar ini.

11 Januari
Hujan terus turun tanpa terprediksi kapan akan berhenti. Jarak Depok-Tangerang yang cukup jauh, memakan waktu dan uang, serta risiko tidak dapat mengejar kereta terakhir jurusan Tangerang, saya memutuskan untuk menginap dan pulang besok pagi.
Awalnya kami berdua mau menginap di apartemen adik, tapi akhirnya memutuskan untuk pulang ke kos pacar di bilangan Sudirman supaya besok saya bisa lebih cepat sampai rumah.
Ketika hujan mulai mengecil, kami ijin pulang.
Kami memutuskan untuk naik taksi karena jalanan yang becek dan kondisi badan yang sudah lelah, membuat kami malas untuk berjalan ke stasiun kereta.

Menyeberangi jalanan di bawah gerimis hujan dengan bercahayakan lampu-lampu mobil
Kami menunggu taksi. Tak kunjung datang.
Kami menyetop angkutan umum jurusan pasar minggu.
Tanpa pikir panjang, berdua duduk manis di sebelah supir.
Ikut merasakan semilir angin malam yang menembus tubuh kami

Dan ketika supir angkot berteriak "habis! habis!"
Kami turun, berganti kendaraan umum yang membawa kami ke arah Komdak.
Metromini 640 jurusan Pasar Minggu-Blok M.
Masih ditemani oleh gerimis hujan malam hari.
Sambil menunggu bus penuh, kami iseng memotret diri.

Tak lama kemudian, metromini yang kami tumpangi jalan.
Kami menikmati perjalanan malam dengan bergandengan tangan.
Sambil berbicara apa saja yang terlintas di otak dan hati.
Lalu, musisi jalanan mulai melantunkan lagu bertemakan isu sosial
Kepalanya sesekali ikut berdendang dan berkata "Aku mau lagu ini jadi ringtone hpku"
Saya tertawa mendengarnya, ada rasa bahagia di hati. 



Kau bawa diriku ke dalam hidupmu
Kau basuh diriku dengan rasa sayang

Senyummu juga sedihmu adalah hidupku
Kau sentuh cintaku dengan lembut, d
engan sejuta warna
11 Januari-Gigi





10 Januari 2014

Sepenggal cerita di awal tahun

9/01/2014

Blackberry saya baru hilang.
TASS!! lenyap, tak berbekas, dan untuk ke 3 kalinya dalam hidup saya kehilangan handphone.
Kali ini di angkot, pas ketika saya baru pulang kantor dan menuju stasiun kereta tempat favorit saya belakangan ini.
Kejadian hilangnya saya ini sebenarnya sudah umum terjadi. Saya pun sudah mendengar dari banyak orang. Segerombol laki-laki 4 orang, bersekongkol, bertingkah aneh, dan saya jadi sasaran. Saat itu, saya punya perasaan yang tidak enak. Namun, di lain sisi, saya meningkatkan kewaspadaan untuk jiwa, karena di otak saya mulai tercipta bayangan kejadian menyeramkan lainnya, bisa-bisa saya dihipnotis atau ekstrimnya (mungkin) ditusuk dengan pisau.

9 hari dari sejak tahun 2014, saya mengalami lagi satu pelajaran dalam hidup. Kali ini dengan membayar 1,9 juta dari tabungan bertahun-tahun.

Panik? Iya.
Sedih? Jelas.
Emosi? Rasanya sudah terlalu lelah. Lebih baik ikhlaskan saja.

Sepanjang perjalanan saya terus memikirkan kejadian tersebut sambil mengulas kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup saya beberapa belakangan ini.
Ya, memang banyak orang sudah berkata bahwa saya terlalu banyak mikir hingga akhirnya menjadi beban di diri sendiri. Saya sendiri menyadari hal itu.
Saya mencoba untuk lebih santai, tapi selalu, butuh ekstra kekuatan untuk menguranginya.
Saya pun sering lupa diri, termasuk untuk beberapa waktu ini.
Memikirkan tujuan hidup, memikirkan karir, memikirkan nasib keluarga, memikirkan masa depan, memikirkan cinta, membuat saya uring-uringan dan mengeluh atas hidup.

Gaji tidak seberapa, ritme kerja itu-itu saja, namun kemauan saya banyak.
Apakah benar lebih baik saya berhenti dan pindah ke tempat dengan gaji lebih besar?
Pertanyaan itu terus menggundah perasaan saya.

Tujuan hidup? Impian? Saya tidak tahu pasti. Hanya saat ini saya ingin bisa merimba, entah ke hutan mana pun. Kembali melakukan petualangan, bercengkerama dengan orang-orang setempat, mempelajari budaya dan pola pikirnya, melakukan hal-hal apa yang bisa saya lakukan. Memikirkan hal itu, rasanya sangat menyenangkan. Hal yang sangat saya sukai, bercengkerama dengan banyak orang, mencoba mencari tahu apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka pahami.
Saya memimpikan Bali, Vietnam, Australia, Korea, atau mungkin kembali ke Jepang.
Saya juga ingin punya tempat main baru yang mungkin bisa benar-benar menjadi baru, ataupun yang telah lama telah ditinggalkan.

Paling tidak, saat ini, saya ingin mandiri. Mungkin cara paling dekat adalah dengan tinggal di indekos. Tapi memikirkan kondisi orang tua yang mulai berumur, saya menjadi khawatir. Siapa yang membantu mereka? Siapa yang menemani mereka? Kejadian beberapa hari ini mengingatkan saya bahwa umur mereka tidaklah lagi muda dan ayah belum sepenuhnya fit sejak operasi klep jantung tahun lalu.

Lagipula secara keuangan, masih sulit rasanya jika harus pindah ke indekos. Belum lagi memikirkan harus meluangkan waktu mensurvei kos satu ke lainnya demi mendapatkan kamar idaman, pas di kantong, pas di hati. Memang ada beberapa tawaran, tapi entah kenapa, saya masih berat harus keluar rumah kalau memang masih bisa pulang ke rumah.

Pacar yang semakin sibuk, membuat saya makin uring-uringan. Bahkan terkontaminasi kebanyakan baca novel atau nonton drama, saya jadi membayangkan hal yang tidak-tidak. Padahal hati saya tahu, hatinya tulus kepada saya, sampai saat ini.

Sampai pada hari ini, ketika BB saya hilang.
Minimal saya kembali diingatkan untuk :
Pertama, selalu terimakasih untuk apa yang sudah ada: kerjaan yang baik dengan lingkungan kerja yang menyenangkan serta atasan yang suportif, gaji yang masih bisa disisihkan sedikit untuk menabung ataupun makan enak sesekali, punya teman-teman yang selalu membantu dan terus mengingatkan, punya pacar yang tulus dan jujur, dan keluarga yang hangat.

Kedua, untuk kehidupan saya yang jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Atas segala prestasi termasuk menjadi sarjana tahun lalu serta bisa menjadi juara 2 di sebuah lomba yang awalnya saya ragukan, humorous speech di hadapan ratusan orang awal tahun ini, dan bisa dipercaya oleh banyak orang karena kemampuan saya.

Terakhir, berbalas budi.
Ah iya. Balas Budi
Saya lupa dengan kata itu. Balas budi tergantikan dengan keluhan-keluhan yang setiap hari saya keluarkan.
Ketika menulis kata ini, saya tiba-tiba merasa menjadi orang yang sangat tidak adil; hidup yang seharusnya saya syukuri malah saya keluhkan setiap hari.
AH, saya merasa tolol dan bodoh. Saya juga malu sekali.

AAAHHH
Saya benar-benar merasa bodoh sekarang.
Saya benar-benar lupa diri lagi hanya karena satu hal,
apalagi kalau bukan UANG

Ah! Iya, benar!
Saya benar-benar bodoh.

Terimakasih untuk "cubitannya" yang berbeda untuk hari ini.
Sungguh, kali ini sungguh keras cubitannya.
23 September 2012

mainan baru



Entah belakangan semenjak punya penghasilan sendiri (cieeeeeeee) gue tertarik dengan merek satu ini. Pertama kali, iseng coba masuk ke gerainya di Kuningan City, ehhh liat-liat,  "lucu juga ya kaosnya" dalam hati. Dipegang pun, bahannya pun juga enak. Terus, lagi diskon pula. Menahan diri untuk tidak membeli barang supaya bisa nabung jalan-jalan ke Makassar, cepat-cepat gue ninggalin toko biar makin ga ngiler.
Yah, apa boleh buat, sepanjang hari kepikiran terus. Tidur kepikiran, bangun kepikiran, makan kepikiran, liat dompet kepikiran (macam pacar aja) 
Okeilah, gue putuskan untuk membeli satu dari sekian barang di toko Superdry Plaza Indonesia.
Wihiii, dasar namanya norak bisa beli barang pakai gaji sendiri di mall elite, gue ngerasa HITS banget bawa kantongan superdry ini. ahahaha..
Tak menahan diri lagi, tanpa dicuci, langsung gue pakai. hahaha.
ternyata terbukti, barang mahal, ada kualitas. Bahannya beda dari kaos-kaos selama ini ada di lemari gue. 
Nggak tahu kenapa namanya superdry, cuman menurut temen gue yang juga hobi sama merek ini, merek ini hanya sekedar terinspirasi dari urban style dipadu dengan nuansa vintage.
Cuman hebatnya, bahannya yang berbeda ini tidak terlalu cepat menyerap air. Wih, cocok banget buat gue yang suka "ceroboh" ini hahahaa

itu sekedar cerita dari sekian cerita dalam hidup ini. (bilang aja sih mau pamer ada #mainanbaru, hehee)

03 Agustus 2012

catatan penting

2 Agustus 2012


  1. Saya memulai sekaligus dua pekerjaan sekaligus menjadi asisten untuk orang Jepang yang sedang ingin memulai bisnis di Jakarta. Pekerjaan ini sangat menyenangkan karena saya belajar hal baru, tetap bisa menggunakan bahasa Jepang, dan memakai ilmu di jurusan yang saya ambil sekarang. Mungkin saja bisa saya sebut langkah awal menuju dream job. Perlu diingat, bahwa kenyataannya, saya menerima pekerjaan ini karena saya ingin membantu mereka.
  2. Saya memulai untuk mengatur waktu karena kesibukan untuk menyelesaikan business project, dua pekerjaan paruh waktu, business online, dan tentu saja, BDI.
  3. Saya mendapatkan "insight" bahwa hidup saya sangat tertolong dengan adanya BDI sebelum saya menjadi bangkrut dan ngutang sana-sini dan menjadi "gila" di kemudian hari akibat dari sifat saya yang sangat sayang sama uang. (mungkin melebihi keluarga, pacar, dan teman-teman saya)
  4. Saya harus lebih sayang sama keluarga, pacar, dan teman-teman dibandingkan uang. Tidak ada yang lain. kejadian 3 bulan dari iphone hilang, anggota keluarga menghilang, pasca REACH pasukan jawara, dan papa yang sedang sakit harusnya cukup membuat saya "tertabok" dengan kegilaan dan kuatnya rasa sayang saya dengan uang.


Tulisan ini dibuat supaya di kemudian hari, saat hati dan arah saya mulai goyah, bimbang, resah, bisa kembali diingatkan oleh siapapun yang pernah baca blog ini atau pun yang saya curhati. sekian. terimakasih :D

i love money


blog kali ini ditulis untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi selama kurang lebih 3 bulan disebabkan karena saya sayang sama duit saya, bukan sayang dengan keluarga, pacar, dan teman-teman

#ketika saya sudah mulai kembali ke jalan yang tidak benar, tolong ingatkan saya#
notabene: iphone hilang, pasca REACH pasukan jawara, jantung papa, dan 2 agustus 2012 





 

Blog Template by YummyLolly.com